Sebagai karya dari salah satu sutradara favorit saya,John Waters, sangat sulit bagi saya untuk dapat menilai film ini secara obyektif. Karena sejauh ini, tidak ada filmnya yang tidak pantas ditonton bagi saya. Semua film memiliki ciri khas dankeunikan tersendiri yang membuat saya hanya perlu duduk santai sambil minum kopi dan menikmati akting serta plot absurd miliknya tanpa harus memutar otak. Serial Mom sendiri merupakan salah satu film di era “aman”nya John Waters. Dibandingkan dengan film - filmnya terdahulu, Serial Mom memang jauh lebih sopan dan komersil. Namun bukan berarti, film ini biasa saja. Seperti biasa, John Waters tetap menghadirkan adegan - adegan satir dan komikal yang absurd dan nyeleneh.
Sama seperti film - filmnya yang lain, Serial Mom mengambil latar belakang di Baltimore, kota tempat tinggal John Waters. Adegan dibuka dengan text yang menyatakan bahwa cerita dalam film ini berdasarkan kisah nyata. Tentu saja, ini hanya akal-akalan saja. Setelah itu, kita dihadirkan pada acara makan pagi keluarga Sutphin. Keluarga Sutphin sendiri terdiri dari Eugene Sutphin (Sam Waterston), seorang dokter gigi , Beverly Sutphin (Kathleen Turner), tokoh utama dalam film ini, seorang ibu yang mudah terganggu dengan hal - hal yang tidak sesuai dengan keinginannya , Chip Sutphin (Matthew Lillard), anak muda yang gemar menonton film horror) dan Misty Sutphin (perempuan yang mudah jatuh cinta dengan semua pria yang ditemuinya). Adegan pembuka ini juga menjadi awal perkenalan kita dengan sang karakter utama, Beverly. Beverly digambarkan sebagai ibu - ibu gosip biasa dengan sikap kolot yang “agak diluar batas”. Ia mudah sekali terganggu dengan hal - hal yang tidak sesuai dengan aturannya. Sikapnya ini mulai diluar batas ketika ia dengan mudah menghabiskan nyawa mereka yang dianggapnya mengganggu.
Sebagai salah satu film mainstreamnya, John Waters sama sekali tidak kekurangan amunisi untuk bisa membuat Serial Mom menjadi film dengan ciri khasnya.Serial Mom tetap menghadirkan adegan - adegan humor yang campy serta kritik sosial yang cukup dalam dan menarik. Sama seperti film milik Francois Ozon, Sitcom, disini John Waters mengangkat tema tentang sebuah kehidupan yang kelam dibalik “kulit”nya yang terlihat baik. Beverly Sutphin mungkin terlihat sebagai ibu yang kolot dan stereotype namun dibalik itu ia juga menyimpan rahasia yang kelam, ia suka membaca buku - buku tentang pembunuhan dan diam - diam dia menyimpan kekaguman dengan para serial killer. Bukan hanya Beverly yang menyimpan rahasia seperti itu. Di balik senyum para ibu - ibu rumah tangga itu, mereka masing - masing memiliki rahasia kelam tersendiri. Salah satu adegan favorit saya adalah ketika seorang ibu diam - diam memiliki kegemaran menonton film Annie sambil dijilat kakinya oleh anjingnya.
Tema yang ditawarkan John Waters sendiri lebih dari itu,dengan beragam adegan seperti adegan makan yang “berisik”, adegan seorang wanita kulit hitam yang menangis ketika diberitahu bahwa anaknya bukan tipe anak yang pantas kuliah dan sebagainya, John Waters ingin menampilkan sebuah kehidupan masyarakat yang biasa - biasa saja dari luarnya, namun memiliki kompleksitas yang sangat besar. Semua tema ini disampaikan dengan humor - humor tipikal ala John Waters yang absurd dan kasar.
Film dengan tema serupa mungkin sudah banyak dibuat, namun sentuhan John Waters yang unik membuat film ini menghadirkan sesuatu yang segar dan menarik. Dibandingkan dengan film - filmnya di era “aman” ini, saya rasa Serial Mom merupakan salah satu film terbaiknya. Sama seperti film- filmnya yang lain, setiap adegan disini memiliki momen - momen yang memorial dan unik yang membuat film ini menjadi memorable. Salut untuk John Waters!
No comments:
Post a Comment