Hidup itu berat! Itulah keluhan sebagian besar manusia di jaman modern ini. Semakin bertambahnya usia planet kita yang tercinta ini, semakin bertambah rumit juga kehidupan manusia di dalamnya. Setelah sukses dengan Adrift in Tokyo, Satoshi Miki kali ini kembali menghadirkan suguhan komikal dengan gaya komedinya yang khas. Dalam filmnya yang ke-7 ini, ia tampaknya ingin menggambarkannya bagaimana sebuah kehidupan dapat terlihat berbeda tergantung bagaimana kita memandang dan menyikapinya. Sama halnya seperti sebuah roller coaster, setiap tanjakan dan turunan, pasti mengundang reaksi yang berbeda- beda dari setiap penumpangnya.
Mari kita bertemu dengan Haname Jinchoge (Kumiko Aso), seorang wanita dengan sifat hiperaktif yang luar biasa. Dalam narasinya di pembuka film, ia menceritakan dengan cepat bagaimana membosankannya kehidupan dan pekerjaannya yang monoton, sebagai sebuah editor majalah wanita yang penjualannya tidak begitu baik. Salah satu cara yang dilakukannya agar tidak depresi adalah memulai hari dengan menyeruput 10 sendok makan bubuk Milo yang dicampur dengan 12cc susu putih. Ia menamakannya Milo's Sludge. Satu lagi, Haname tidak percaya pada hantu, namun ia yakin kalau hidupnya menderita karena dikutuk oleh jimat kucing hitam yang dibuangnya ke lumpur pada waktu kecil.
Ibu Haname, Midori Jinchoge (Keiko Matsuzaka), juga tidak kalah anehnya, ia percaya ada kappa, makhluk mitologi Jepang yang tinggal di sekitar danau, yang hidup di halaman belakang rumahnya. Dan, untuk meyakinkan Haname kalau peri air itu benar-benar ada, ia lalu mencoba untuk menangkap peri air di sebuah danau dengan menggunakan alat pancing dan timun. Malangnya, ia tenggelam dan terbaring koma di rumah sakit. Dari polisi yang menangani kasus tenggelamnya ibu Haname, ia mendapat info tentang sebuah kotak pos yang ditemukan tenggelam di danau yang sama. Anehnya, di dalam kotak tersebut, terdapat surat dari ibunya kepada seorang pria bernama Noburo Jinchoge (Morio Kazama), seorang pemilik toko barang antik, yang isinya menjelaskan kalau Haname merupakan anak dari pria tersebut. Surat tersebut menjadi awal dari petualangan baru Haname untuk mencari dan mengenal lebih jauh tentang keberadaan ayahnya itu.
Instant Swamp tidak diragukan lagi merupakan sebuah film yang sangat menyenangkan. Dengan mengandalkan karakter-karakternya yang bertingkah laku aneh, film ini memaparkan sebuah kehidupan di dunia modern, dengan taburan bumbu fantasi, selama kurang lebih 2 jam. Penggabungan kedua dunia ini sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, Jean-Pierre Jeunet sering melakukan hal serupa dalam film – filmnya. Bedanya, Satoshi Miki membawa film ini ke dalam bentuk cerita yang terkesan acak. Cara bercerita yang random ini, sayangnya, dapat membuat kita menjadi sulit untuk mencerna pesan yang ingin disampaikan sang sutradara. Tampaknya Satoshi Miki sadar akan hal itu, dan menyisipkan semacam kesimpulan dari pesan film tersebut lewat monolog singkat Haname di akhir cerita. Di sisi lain, gaya random ini juga merupakan salah satu kekuatan dari Instant Swamp. Keliaran plotnya membuat film ini sulit ditebak dan terasa lebih menyenangkan. Gaya melucu film ini yang cenderung “kering” juga menjadi nilai plus tersendiri bagi Instant Swamp, hal ini dapat dilihat dari cara berdialog beberapa karakternya yang cenderung serius, walaupun kata-kata dan cara berpakaian yang ditampilkan cenderung nyeleneh dan kocak.
Lewat akting para pemainnya yang pas, serta gaya bercerita yang imajinatif dan cenderung liar, Instant Swamp merupakan suatu film komedi khas Jepang yang cukup menghibur dan menyenangkan. Bagi mereka yang mengharapkan mendapatkan pencerahan, mungkin akan sedikit kecewa, walapun begitu, film ini tetap cocok dijadikan hiburan bagi mereka yang ingin mencari pelarian sejenak dari kehidupan nyata yang semakin hari semakin terasa melelahkan.
No comments:
Post a Comment