Monday, March 7, 2011

Late Bloomer (Go Shibata, 2004)

Late Bloomer adalah film indie karya sutradara muda Jepang, Go Shibata. Film ini merupakan karya keduanya setelah NN-891102 di tahun 1999. Walaupun dirilis pada tahun 2004 dan sudah ditayangkan di beberapa festival film di dunia, film ini baru menarik perhatian banyak orang setelah Roger Ebert menulis resensi film ini pada situsnya, dan memberikan 3 bintang, sebuah rating yang cukup baik mengingat ia dikenal tidak terlalu tertarik dengan film indie semacam ini. Pada Akhir Maret 2009 kemarin, film ini resmi dirilis dalam bentuk dvd untuk region 1 oleh perusahaan Bone House Asia. Hal ini juga yang membuat nama Late Bloomer baru terdengar pada tahun ini.

Late Bloomer merupakan sebuah film yang mengupas sisi emosional seorang penyandang cacat dari sudut pandang yang tidak biasa. Film ini menceritakan tentang Sumida (Masakiyo Sumida) seorang penyandang cacat total yang selalu bepergian menggunakan kursi roda elektrik, dan harus menggunakan mesin untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun, berbeda dengan penggambaran tokoh cacat pada umumnya, Sumida tidak dikucilkan dan rendah diri. Ia berteman dekat dengan seorang vokalis band underground, Take (Naozo Hotta), yang selalu mengajaknya minum bir bersama dan berpesta bersama teman – teman mereka yang lain. Selain itu, Sumida juga gemar menonton film porno layaknya pria normal biasa. Semuanya tampak baik – baik saja dalam kehidupan Sumida sampai muncul seorang mahasiswi bernama Nobuko (Mari Torii) yang ikut membantu merawat Sumida di rumahnya. Ia jatuh cinta dengan Nobuko, namun Nobuko terlihat lebih tertarik dengan Take. Rasa cemburu yang begitu dalam menyebabkan Sumida memberontak dan menjadi pribadi yang lebih kelam. Dari situlah semuanya mulai berubah...

Banyak yang membanding – bandingkan film ini dengan film Tetsuo karya Shinya Tsukamoto. Memang, keduanya memiliki kemiripan, mereka dikemas dalam bentuk visual hitam dan putih, dan menggunakan musik techno sebagai latarnya. Namun, berbeda dengan Tetsuo yang lebih bersifat absurd dan eksperimental. Late Bloomer lebih merupakan sebuah studi karakter tentang sisi emosional seorang penyandang cacat. Go Shibata seperti ingin kembali membentuk persepsi masyarakat yang sudah diracuni dengan berbagai macam film komersil, yang biasanya menaruh tokoh penyandang cacat sebagai tokoh yang perlu dikasihani dan diperlakukan istimewa. Dalam film ini, Sumida digambarkan sama dengan manusia normal biasa, ia punya ‘kebutuhan’ dan bisa bersenang – senang, dan pada akhirnya ia juga sama berbahayanya seperti manusia lainnya.

Salah satu keunikan dan daya tarik dari film ini adalah penggunaan aktor penyandang cacat, Masakiyo Sumida untuk tokoh utamanya. Kehadiran Sumida sebagai karakter utama membuat Late Bloomer menjadi terasa lebih nyata dan mencekam. Selain itu, keputusan ini dirasa sangatlah tepat mengingat jika film ini memakai aktor lain sebagai Sumida, belum tentu efek kejut dan daya tarik akan sehebat ini.

Berangkat dari semangat untuk mendobrak persepsi yang ada, Late Bloomer tampil sebagai film horor/ thriller yang unik dan menarik. Dengan teknik visual dan musik latar yang agak ‘nyeleneh’, film ini tentu saja dapat menjadi alternatif lain bagi mereka yang sudah bosan dengan film – film mainstream yang temanya semakin lama semakin membosankan.


No comments:

Post a Comment