HAH ? Mungkin itu adalah reaksi sebagian besar orang yang menonton Retribution, bagaimana tidak, lewat gaya penceritaan dan plotnya yang rumit, penonton diajak memutar otak untuk memecahkan misteri kasus pembunuhan bernuansa misteri dalam film ini, yang pada akhirnya justru diselesaikan dengan ending yang jauh lebih membingungkan lagi dan membuat kita bertanya – tanya, “Jadi ini film mau bilang apa yah ?” Kiyoshi Kurosawa memang terkenal dengan gaya penceritaannya yang simbolis dan membingungkan, karena dari itu tidak salah bila banyak yang mengatakan kalau karya sutradara yang satu ini hanya bisa dinikmati oleh orang – orang dengan selera tertentu saja.
Retribution sendiri memiliki nuansa yang kental mirip dengan karya – karya Kurosawa lainnya, dari alur penceritaannya yang lambat, adegan – adegan simbolis yang membingungkan, serta suasana film yang gloomy dan terkesan dingin. Film ini dimulai dengan adegan wanita berbaju merah, yang dibunuh secara kejam oleh seorang pria misterius. Adegan kemudian berganti menampilkan seorang detektif setengah baya bernama Noburo Yoshioka (Koji Yakusho). Yang terbangun dari tidurnya karena gempa bumi yang cukup besar. Noburo adalah detektif yang menangani kasus pembunuhan misterius tersebut. Wanita misterius berbaju merah itu, ditemukan tewas secara mengenaskan di sebuah lahan luas yang rencananya akan didirikan apartemen. Anehnya, ketika akan dipindahkan ke dalam ambulans, dari dalam mulut wanita tersebut keluar sejumlah besar air laut.
Pembunuhan dengan metode serupa ternyata bukan yang pertama kalinya terjadi di kota itu, karena itu kepolisian menduga bahwa ada seorang pembunuh berantai yang sedang berkeliaran di kota. Anehnya, benda – benda milik Noburo mulai hilang secara misterius dan selalu ditemukan di lokasi kejadian. Misteri dalam film ini menjadi semakin pekat setelah Noburo dihantui oleh sosok wanita korban pembunuhan tersebut. Dalam penampakannya, ia selalu mengatakan kalau Noburo telah membunuh dia.
Melihat sinopsis pendek di atas, tidak ada salahnya kalau kita beranggapan bahwa ini adalah film thriller bernuansa horror yang biasa saja. Cerita semacam ini memang bukanlah suatu hal yang baru lagi. Namun, seperti sebuah gunung es, sinopsis diatas hanyalah sebagian kecil dari apa yang ingin disampaikan Kurosawa dalam film ini. Inilah yang membuat karya Kurosawa sering salah diinterpretasikan oleh penontonnya. Pola pikir penonton yang di awal film sudah diarahkan di posisi tertentu, seringkali diputarbalikkan oleh Kurosawa sehingga di akhir film, penonton dibuat pusing dan bahkan sampai kecewa. Seringkali, pesan – pesan Kurosawa lebih banyak tersirat dalam dialog para karakter dan juga visualisasi adegannya. Karena itu, kita dituntut untuk cermat untuk mengetahui secara lebih detail apa yang sebenarnya ingin disampaikan dalam film yang dibuatnya.
Retribution sendiri bisa dibilang adalah perpaduan dari dua karya masterpiecenya, film ini merupakan gabungan dari misteri dengan detektif sebagai tokoh sentral ala Cure dan horor kelam ala Pulse. Sama seperti Pulse, Retribution mengambil setting di kota Tokyo yang digambarkan berubah menjadi kota industri yang dingin dan kelam. Tokyo dalam film ini adalah kota yang muram yang keruh, berbanding terbalik dengan penampilan hantu wanita yang memakai pakaian berwarna merah menyala.
Jika dibandingkan dengan film – film Kurosawa sebelumnya, film ini mungkin termasuk salah satu filmnya yang paling membingungkan. Namun, film ini juga termasuk salah satu film terindah yang pernah dibuat olehnya. Jadi, bila anda ingin menikmati sebuah karya seni yang atmospheric, indah, puitis dan tentu saja, menantang, maka karya kurosawa ini bisa masuk menjadi salah satu daftar film yang harus anda tonton. Apalagi, baru – baru ini sudah ada distributor dvd lokal yang berani membawa film ini ke Indonesia. Selamat menonton dan bersiaplah untuk terhipnotis oleh dunia kelam nan indah ala Kiyoshi Kurosawa.
Retribution sendiri memiliki nuansa yang kental mirip dengan karya – karya Kurosawa lainnya, dari alur penceritaannya yang lambat, adegan – adegan simbolis yang membingungkan, serta suasana film yang gloomy dan terkesan dingin. Film ini dimulai dengan adegan wanita berbaju merah, yang dibunuh secara kejam oleh seorang pria misterius. Adegan kemudian berganti menampilkan seorang detektif setengah baya bernama Noburo Yoshioka (Koji Yakusho). Yang terbangun dari tidurnya karena gempa bumi yang cukup besar. Noburo adalah detektif yang menangani kasus pembunuhan misterius tersebut. Wanita misterius berbaju merah itu, ditemukan tewas secara mengenaskan di sebuah lahan luas yang rencananya akan didirikan apartemen. Anehnya, ketika akan dipindahkan ke dalam ambulans, dari dalam mulut wanita tersebut keluar sejumlah besar air laut.
Pembunuhan dengan metode serupa ternyata bukan yang pertama kalinya terjadi di kota itu, karena itu kepolisian menduga bahwa ada seorang pembunuh berantai yang sedang berkeliaran di kota. Anehnya, benda – benda milik Noburo mulai hilang secara misterius dan selalu ditemukan di lokasi kejadian. Misteri dalam film ini menjadi semakin pekat setelah Noburo dihantui oleh sosok wanita korban pembunuhan tersebut. Dalam penampakannya, ia selalu mengatakan kalau Noburo telah membunuh dia.
Melihat sinopsis pendek di atas, tidak ada salahnya kalau kita beranggapan bahwa ini adalah film thriller bernuansa horror yang biasa saja. Cerita semacam ini memang bukanlah suatu hal yang baru lagi. Namun, seperti sebuah gunung es, sinopsis diatas hanyalah sebagian kecil dari apa yang ingin disampaikan Kurosawa dalam film ini. Inilah yang membuat karya Kurosawa sering salah diinterpretasikan oleh penontonnya. Pola pikir penonton yang di awal film sudah diarahkan di posisi tertentu, seringkali diputarbalikkan oleh Kurosawa sehingga di akhir film, penonton dibuat pusing dan bahkan sampai kecewa. Seringkali, pesan – pesan Kurosawa lebih banyak tersirat dalam dialog para karakter dan juga visualisasi adegannya. Karena itu, kita dituntut untuk cermat untuk mengetahui secara lebih detail apa yang sebenarnya ingin disampaikan dalam film yang dibuatnya.
Retribution sendiri bisa dibilang adalah perpaduan dari dua karya masterpiecenya, film ini merupakan gabungan dari misteri dengan detektif sebagai tokoh sentral ala Cure dan horor kelam ala Pulse. Sama seperti Pulse, Retribution mengambil setting di kota Tokyo yang digambarkan berubah menjadi kota industri yang dingin dan kelam. Tokyo dalam film ini adalah kota yang muram yang keruh, berbanding terbalik dengan penampilan hantu wanita yang memakai pakaian berwarna merah menyala.
Jika dibandingkan dengan film – film Kurosawa sebelumnya, film ini mungkin termasuk salah satu filmnya yang paling membingungkan. Namun, film ini juga termasuk salah satu film terindah yang pernah dibuat olehnya. Jadi, bila anda ingin menikmati sebuah karya seni yang atmospheric, indah, puitis dan tentu saja, menantang, maka karya kurosawa ini bisa masuk menjadi salah satu daftar film yang harus anda tonton. Apalagi, baru – baru ini sudah ada distributor dvd lokal yang berani membawa film ini ke Indonesia. Selamat menonton dan bersiaplah untuk terhipnotis oleh dunia kelam nan indah ala Kiyoshi Kurosawa.
No comments:
Post a Comment