Monday, January 17, 2011

Dream Home (Ho-Cheung Pang, 2010)

Hong Kong, sejak awal tahun 90an, sudah terkenal di dunia perfilman sebagai negara pengekspor film eksploitasi ternama. Film – film yang dilabeli dengan nama Category III atau Cat III ini, biasanya memiliki ciri khas seperti tema cerita yang muram dan depresif, adegan – adegan sex dan kekerasan yang eksplisit, serta alur cerita yang heboh bahkan menjurus tidak masuk akal. Salah satu contoh film Cat III yang legendaris adalah The Untold Story

Pada awal abad ke 21 ini, film – film jenis Cat III mulai menurun produksinya, walaupun beberapa masih bermunculan, dengan kualitas yang bervariatif, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan masa keemasannya. Di tahun 2010 ini, ditengah arus film banjir darah dari seluruh dunia, Hongkong kembali menunjukkan tajinya dengan menelurkan Dream Home, sebuah film slasher yang kental dengan ciri khas film Cat III-nya.

Dream Home menceritakan tentang perjuangan mendapatkan tempat tinggal impian. Dibuka dengan pemaparan fakta tentang sulit dan mahalnya harga apartemen dan rumah tinggal di Hong Kong, film ini menceritakan tentang perjuangan seorang wanita muda, Lai Sheung (Josie Chan), yang ingin mewujudkan janji masa kecilnya untuk memiliki sebuah tempat tinggal dengan pemandangan ke arah laut. Janjinya ini dipegangnya dengan sangat serius. Ia rela mengambil 2 pekerjaan siang dan malam, menjadi wanita simpanan seorang pria kaya, dan… membunuh… secara brutal. 

Dengan menggunakan alur yang tidak linier, Ho-Cheung Pang merajut cerita dalam film ini ke dalam 2 bagian yang disisipkan secara bergantian. Bagian pertama diisi dengan proses pembunuhan, yang dieksekusi dengan extra brutal, dan bagian kedua yang merupakan cerita tentang kehidupan Lai Sheung, dari flashback kehidupannya semasa kecil, serta perjuangannya mendapatkan flat idaman yang sudah diincarnya. Bagian ini seakan – akan digunakan Pang sebagai pemaparan alasan dan pembenaran atas pembunuhan yang dilakukan Lai Sheung.  Rumah merupakan satu – satunya jalan baginya untuk keluar dari kehidupannya yang menyedihkan. Hal ini mirip dengan pola yang dipakai dalam film – film Cat III terdahulu, kondisi sosial menjadi pembenaran akan pembunuhan sadis yang dilakukan karakter utamanya.

Ho-Cheung Pang, seperti di film – film sebelumnya, kembali menyentil kehidupan sosial masyarakat modern, khususnya di Hong Kong, lewat kehidupan karakter-karakternya yang fucked up. Dialog – dialog satir seperti tentang perselingkuhan, gosip dan aktivitas sex yang tidak lazim, menjadi salah satu highlight  film ini.  Semua aspek itu membuat film slasher ini terasa gendut dan penuh, hal yang membuatnya berbeda dengan film – film berdarah kebanyakan.  Hal ini juga diperkuat dengan sinematografinya yang indah dan berkelas. Penggunaan shallow focus di beberapa  shotnya sangat menarik dan memanjakan mata.

Dream Home dapat menjadi pelampiasan bagi mereka yang rindu dengan masa – masa keemasan film CAT III Hongkong di tahun 90an.  Walaupun akhir – akhir ini, hampir semua negara berlomba – lomba  untuk menampilkan adegan paling “merah” dan berdarah,  film ini bisa tampil beda dengan kemasannya yang lebih berkelas dan menyentuh berbagai sisi emosi penontonnya.  Bagi mereka yang ingin film berdarahnya sedikit lebih berbobot, Dream Home bisa dijadikan salah satu pilihan.

No comments:

Post a Comment